Mukanya Mbak Sari. Tapi bajunya baju pengantin India.
Tangannya? Ya Allah, tangan Hulk.
Background-nya Taman Safari.
Caption-nya: “Feeling cute, might delete later.”
Censuog.
Apa yang terjadi?
Jawabannya cuma satu: face swap makin liar, makin mesum, makin ngedab-edabi.
---
Sekarang semua orang bisa jadi siapa aja.
Pak RT bisa jadi Joker.
Anak kos bisa jadi Lisa Blackpink.
Tukang nangkep curut bisa nongol di poster film Hollywood.
Cuma modal HP kentang dan aplikasi gratisan dari Play Store.
Dan yang paling parah:
muka hasil swap itu lebih enak dilihat daripada aslinya.
Padahal aslinya jerawatan, alis cuma satu, senyum kayak habis ngunyah koyo cabe.
Tapi hasil swap?
Buset. Serasa pangeran dari kerajaan utara yang siap meminang putri duyung.
---
Yang lebih ngeri adalah: muka sekarang nggak punya harga diri.
Muka bisa dicomot, digosok, ditempel ke video dangdut remix atau mukbang seblak setan.
Ada yang bikin konten drama Korea pakai muka mantannya.
Ada juga yang bikin video azab, tapi pakai wajah guru ngaji.
Dan semua itu dianggap biasa.
Lucu malah.
Di-like, ditonton, dijadikan status.
Sementara kita?
Cuma bisa melongo, mikir:
“Ini siapa yang goblok? Aplikasinya, penggunanya, atau kita semua?”
---
Entah kapan semua ini mulai.
Mungkin sejak kita sadar bahwa jadi diri sendiri itu kalah pamor sama jadi versi palsu.
Atau sejak muka sendiri terasa terlalu membosankan untuk ditahan seumur hidup.
Padahal kata Mbah-mbah jaman dulu ""Sing penting iku ra ayu/bagus-mu, tapi ra ngapusi identitasmu."
Tapi ya sudahlah.
Toh sekarang, wajah adalah properti publik.
Milik umum. Kayak Wi-Fi masjid atau sandal hotel.
Dipakai rame-rame. Kadang hilang. Kadang balik udah bukan sepasang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar