2020 - awanbyru.com

Desember 14, 2020

In Memoriam Dawax (Anton Sahetapy)

Senin, Desember 14, 2020 0
In Memoriam Dawax (Anton Sahetapy)


       Baru saja saja saya menerima telepon dari nomor hpnya Dawax, namun suara yang keluar dari seberang sana adalah suara seorang perempuan yang memperkenalkan diri sebagai Ibu dari Anton Sahetapy yang lebih dikenal sebagai Dawax. 

      Ibu Anton meminta saya untuk mengabarkan ini kepada teman dan rekan-rekan Dawax semuanya, bahwa kawan kita Anton Sahetapy telah meninggal dunia pada tanggal 22 November 2020, dikarenakan sakit.

       Pada 11 Oktober 2020, Dawax sempat bercerita tentang sakit yang dideritnya selama 6 minggu terakhir. Kondisinya sudah tidak bisa untuk beraktifitas seperti biasanya, bahkan membalas chat juga sudah kepayahan. Sudah berkali-kali ke dokter namun obat medis hanya meringankan sakitnya saat obatnya diminum. Ada infeksi di saluran pencernaan, muntah, batuk berdahak, hidung mampet karena lendir, susah nafas dan sakit kepala yang menyiksa adalah keluhan terakhirnya.

       Terakhir Dawax menghubungi saya melalui WA pada tanggal 18 November 2020, mengabarkan kalau dia mencoba berobat ke pengobatan alternatif dan dinyatakan kurang cairan. Setelah itu saya dan beberapa kawan lain tidak lagi tahu kabar tentang Dawax. Beberapa kali saya, Yorie, Rebel dan kawan yang lain berusaha menghubungi, Dawax untuk mengetahui kondisi terakhirnya, namun seringkali hpnya tidak aktif atau tidak diangkat. Chat melalui WA juga sudah tidak lagi dibaca olehnya. Sampai hari ini tiba, saat Ibu dari Anton Sahetapy mengabarkan kepulangannya.

       Kepada teman-teman Dawax, baik dari FB, Reporo, WA dan entah platform sosial media apa lagi yang digunakannya, saya sampaikan kabar duka ini. Dawax (Anton Sahetapy) telah mendahului kita menghadap Sang Pencipta. Semoga amal ibadahnya diterima dan segala kesalahannya diampuni oleh-Nya.

       Saya yakin, Dawax memiliki banyak teman, karena Dawax sepengetahuan saya adalah orang yang senang menolong.  Dawax dikenal pintar ngoprek HP sejak zaman symbian sampai era android. Di grup-grup yang membahas android, Dawax dikenal sebagai Mastah, tempat orang bertanya tentang problematika dunia android. Applikasi yang belum memiliki fitur bahasa Indonesia juga sering dialih bahasakan oleh Dawax. Di forum developer android XDA ID Undaclazz adalah Dawax. 

       Dawax juga mengelola banyak website, saya sampai gak ingat ada berapa jumlahnya. Underclass Mobile Blog adalah salah satu di antaranya. Domain yang saya pakai di blog ini, awanbyru.com adalah domain pemberian Dawax beberapa tahun yang lalu. 

       Mengedit gambar dan membikin desain gambar juga salah satu keahlian Dawax. Sempat juga dia pamer logo desainnya yang laku dibeli orang luar. Namun semenjak wabah Covid -19 menyerang, pesanan pun mulai berkurang. 

       Bagi sebagian orang, mungkin saya adalah orang yang kurang ajar kepada Dawax. Karena di mana pun juga saya selalu meledek Dawax. Kami tetap berteman, tak pernah Dawax marah atau membenci saya karena ledekan saya yang sering kali keterlaluan. Baginya bully-an saya adalah genggaman erat keakraban. Atau mungkin memang Dawax orang baik, bahkan terlalu baik sehingga selalu memaafkan kelakuan yang saya perbuat. 

       Selamat jalan kawan.

November 28, 2020

Dunia Beo

Sabtu, November 28, 2020 0
Dunia Beo
       

       Sungguh hati siapa yang tak bergetar melihat burung dalam video ini begitu fasih memuji kebesaran Tuhan. Aku sendiri kurang tau burung ini jenis apa, daripada bingung sebut saja "Beo" (kalau kamu tak sepakat ya tak mengapa). Toh level ketidaktahuanku tentang jenis burung dalam video ini sebanding dengan ketidaktahuanku tentang keaslian bunyi yang diucapkan sang burung.

       Tak jadi soal buatku apakah dalam video ini sang Beo menggunakan ahli sulih suara atau memang benar ini adalah suara aslinya. Yang aku rasakan saat menonton video ini bukanlah ketakjuban dan kegumunan, justru kegelisahan di hati yang aku alami.

       Aku merasakan bahwa diri tak jauh beda dengan beo yang ada dalam video; begitu fasih memuji Asma Tuhan, begitu ceriwis ngomong segala hal, tas tis cap cis cus memukau banyak orang tapi kenyataannya tak pernah tahu tentang apa yang baru saja diucapkan.

       Yang aku lakukan cuma meniru apa yang dikatakan dan dilakukan orang. Pun semasa sekolah aku cuma diajari menghapal pelajaran, dimana dua tambah tiga adalah lima tanpa pernah mengerti kenapa bisa lima bukannya tujuh atau malah tiga. Semakin banyak yang aku hapal maka nilai bagus akan jadi jaminan. Nominal dikejar dijadikan tujuan.

       Sampai setua ini aku masih sama dengan Beo dalam video, aku cuma bisa meniru menghapal apa yang ada di sekitarku. Aku cuma bisa teriak si Anu Komunis, si Itu Syiah, si Inu Kafir, si Ini Wahabi dan sebagainya tanpa mengerti pasti apa yang keluar dari mulutku.

       Bagaimana aku bisa berkata si Anu Komunis padahal aku tak pernah mengenal Anu secara personal? Karena sekitarku mengatakan seperti itu. Aku cuma mengulang apa yang aku dengar berulang-ulang.
"Anut-anut batang curut" itu kata bocah-bocah di kampungku.

November 16, 2020

Kerah

Senin, November 16, 2020 0
Kerah



ribut-ribut di atap rumah menjadikan aku kembali terjaga 
satu lewat lima puluh menit pagi 
bah, tiga puluh menit saja aku terlelap 
entah sedang apa kucing-kucing itu di atas genting 
berisik, saling menggerendeng tiada henti 

mataku tetap terpejam 
namun lelap tak juga kudapatkan
suara ribut tetap berlanjut 
menambahkan bonus nyeri di gigi yang terus berdenyut 

aku dengar 
bapak keluar rumah 
dilemparnya kerikil ke genteng 
berharap keributan segera bubar 
kucing-kucing tetap tak peduli 
masih menggeram dan mengerang panjang  

aku dengar 
suara air mengguyur genteng 
keributan tak kunjung reda 
bapak yang tak lagi punya kuasa 
masuk kamar menyumpal telinga 

keriuhan di atas genteng tak juga usai 
tak tahu apa yang mereka sengketakan 
mungkin mereka ribut tentang ulama dan pesohor yang bertikai 
atau kucing-kucing itu berselisih tentang keaslian video lucah yang tengah beredar 
mana mungkin mereka peduli dengan derita nyeri di gigi pada dini hari 

aku membuka mata 
tak sanggup lagi melanjutkan tidur dengan kebisingan yang ada 
derita gigi semakin mendera 
menambah pening isi kepala 

aku beranjak dari tempat tidur 
kubikin batuk 
mengusir biang onar agar segera bubar 
segelas air putih mungkin bisa bikin nyeri mengendur 
alam tidur tak juga kusambangi 
nyeri gigi tak menyusul keributan itu pergi
aku kembali terjaga 
hingga fajar tiba 


Kudus, 16 November 2020



November 03, 2020

Ceritaku Tentang Lelaki Bisu

Selasa, November 03, 2020 0
Ceritaku Tentang Lelaki Bisu

lelaki itu sebenarnya tidak bisu 
aku mengenalnya sejak lama 
bahkan sebelum lelaki itu tumbuh dewasa 
lelaki bisu itu menemuiku dan membisu 
namun aku mendengar suaranya 
jelas 
karena aku adalah sunyi yang mendengar segala bunyi 

di usia belasan lelaki itu membisu di tengah keluarganya 
suaranya tak pernah terdengar di antara anggota keluarga 
kalau pun terdengar 
suara yang keluar hanyalah kekeliruan bagi yang mendengar 
pendapatnya tidak pernah benar 
lelaki bisu itu tak lagi bersuara 
hidupnya hanya tentang apa yang telah didiktekan 

lelaki bisu itu tak memiliki teman di sekolah 
guru-gurunya tak ada yang mendengar apa yang ia katakan 
lelaki bisu itu juga membisu di sekolah 
tak seorang pun di sekolah yang mendengar teriakannya 
selain aku 
yang telah mengenalnya sejak lama

apakah negara atau perusahaan tempatnya bekerja mampu mendengar apa yang diucapkan lelaki bisu itu? 
tidak 
tidak ada seorang pun yang mendengarnya 
suaranya adalah kesalahan 
pendapatnya adalah kekeliruan 
lelaki itu tetap membisu 
mengerjakan apa yang didiktekan 
dan yang diperintahkan 
hanya kepadaku lelaki bisu itu berbicara 

pernah di suatu masa lelaki bisu itu kembali bersuara 
hanya kepada orang tertentu yang ternyata sanggup untuk mendengarnya 
lelaki bisu itu mulai jarang menjumpaiku 

semua itu tak berlangsung lama 
bagaimana pun suaranya adalah kesalahan 
pendapatnya merupakan kekeliruan 
lelaki itu kembali bisu 
dan kembali berbicara hanya kepadaku 

lelaki bisu itu menjalani sisa hidupnya dengan tersenyum 
tertawa 
dan menangis 
tanpa suara 

Oktober 28, 2020

Saatnya Saya Dodolan

Rabu, Oktober 28, 2020 0
Saatnya Saya Dodolan

Hello gaes, 

Jadi gini, gaes, daripada saya ini tiap hari gabut ngedit-ngedit gambar unfaedah, gimana kalau kamu- kamu yang suka nulis blog tapi seringkali kebingungan nyari gambar untuk ilustrasinya pesan gambarnya ke saya saja. 

Jadi, kamunya itu tinggal fokus mikirin update tulisan tiap hari saja. Tak perlu lagi pusing mikir ilustrasi yang pas buat tulisanmu. 
Gimana, menarik tho? 

Ya, saya nggak jamin sih kalau gambar bikinan saya itu bagus, lha, kan banyak yang bilang kalau bagus atau tidak itu tergantung sama selera masing-masing. Paling nggak gambar yang saya hasilkan itu ya memiliki sisi oraisinalitas gitu.

Kalau memang kamu, iya kamu, tertarik sama gambar ilustrasi garapan saya, segerakan saja hubungi nomor Whatsapps yang tertera di gambar. Setelahnya, tinggal sebutkan nama blog kamu, gaes, dan judul, serta tema, atau isi dari tulisan yang akan kamu bagikan. 

Nggak usah takut sama biaya yang mahal gaes, semua bisa dikompromikan terlebih dahulu. Yang terpenting itu kamu-kamu makin produktif menghasilkan tulisan baru, gaes, dan tentu saja pesan ilustrasinya ke saya. Siapa tahu kan, gara-gara bikin ilustrasi blog, saya jadi kaya raya. 

Sudah dulu ya, gaes. Sementara itu saja pariwara dari saya. 
Sehat selalu untuk kamu-kamu semua, gaes. 

Salam. 

Oktober 11, 2020

Tumirin Edan

Minggu, Oktober 11, 2020 0
Tumirin Edan
       Pos Kamling itu berbentuk panggung, berdiri di timur halaman Masjid Jami'. Tidak besar, namun cukup lapang untuk orang-orang sekedar main karambol dan juga catur. Dari dalam Pos Kamling orang bisa dengan leluasa memandang ke arah halaman dan tempat parkir Masjid Jami'. Setahun yang lalu Pos Kamling ini berdiri, dan sejak itu tiada lagi terdengar berita jamaah yang kehilangan sepeda yang di parkir di halaman Masjid Jami' saat sedang beribadah. Dari jalan orang bisa melihat langsung apa yang ada di dalam Pos Kamling, meja karambol disandarkan di dinding, sementara dua papan catur tersusun rapi di pojokan. Begitulah penampakan Pos Kamling itu di pagi hari saat tak berpenghuni. 

       Matahari mulai tinggi, Tumirin duduk mencangkung di Pos Kamling sambil menghembuskan asap kretek yang sedang dinikmatinya. Dari arah barat Bagas dan Gander berjalan menuju Pos Kamling. Melihat Tumirin di Pos Kamling, Gander menghentikan langkahnya. 
"Waduh, Gas, gimana ini? Malah ada Tumirin jaga Pos," tanya Gander sambil memegangi pundak Bagas. 
"Udah tenang aja, kita lanjut aja permainan semalam. Tumirin nggak bakalan ngamuk kalau nggak diganggu," jawab Bagas sambil terus berjalan ke arah Pos Kamling diiringi langkah ragu Gander. 
Sesampainya di depan Pos Kamling, dengan santai Bagas masuk sambil menyapa Tumirin, "Misi, Kang, kami numpang main catur bentar."
Tumirin hanya sekilas menoleh ke arah dua pemuda tanggung itu tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Tumirin masih tetap asik menikmati kreteknya sambil sesekali bergumam tanpa suara. 

       Kedua pemuda tanggung yang baru saja lulus SMA itu telah saling bersila berhadapan di tengah Pos Kamling. Posisi duduk Bagas berdekatan dengan Tumirin, sedangkan Gander ada di seberang Bagas dengan papan catur sebagai pembatasnya. Mereka mulai menyusun buah catur, kali ini Gander dengan buah putih dan Bagas di sisi hitam. Delapan langkah awal berlalu cepat karena mereka telah saling terbiasa dengan gaya lawannya. Gander langsung melakukan inisiatif serangan ke bagian sayap kiri pertahanan Bagas dengan menggunakan mentrinya. Langkah antisipasi dilakukan Bagas dengan membatasi gerak mentri Gander dan membikin seluruh buah caturnya saling melindungi. Pada langkah ke-19, mentri Gander kehabisan langkah sehingga Gander terpaksa menukar mentri miliknya dengan kuda dan gajah milik Bagas. Kini Gander dalam posisi tertekan, pertahanannya terlanjur terbuka. 

       Bagas mulai memikirkan langkah serangan selanjutnya ketika tiba-tiba Tumirin membuka suara, "Lho, kamu nggak ikutan Demo, Gas?"
Bagas dan Gander kaget mendengar pertanyaan yang secara mendadak diajukan oleh Tumirin. 
"Nggak, Kang. Aku nggak pernah baca isi undang-undang yang disahkan itu, kan ya malu kalau dikatain demo kok gak ngerti isi yang didemo," jawab Bagas sambil memindahkan mentrinya ke pusat pertahanan Gander. 
Tumirin diam sejenak sambil manggut-manggut, gondrong rambutnya yang gimbal tak tersentuh air disibaknya pelan dengan telapak tangan kirinya. Diambilnya sebatang kretek yang terselip di daun telinga, "cresss" kretek dinyalakan dan dihisapnya dalam-dalam. 
"Hmm, ya, hmm, nggak bisa gitu juga, Gas. Urusan menolak dan mendukung itu tak melulu soal sudah membaca atau belum. Itu bukan sebuah kesalahan, hmmm." 
Tumirin menghisap kreteknya dalam-dalam dan menghembuskan asapnya dengan perlahan. Kemudian Tumirin kembali berucap, "hmm, ya, hmm kita ini orang kecil, kuncinya ya cuma percaya. Hmm, ya, hmm kalian waktu diajar guru di kelas kan ya percaya dengan apa yang dikatakan biar pun kalian belum atau tidak pernah sama sekali membaca buku yang diajarkan, hmm. Namun tanggung jawab untuk memahami persoalan dasar dan kesadaran untuk berpikir juga harus kalian miliki sebelum menaruh sebuah kepercayaan, hmm. 

       Gander mulai panik, pertahanannya mulai diobrak-abrik perwira-perwira hitam milik Bagas. Konsentrasinya pecah mendengar perkataan Tumirin yang selama ini diketahui sebagai gembel gila yang berkeliaran di kampungnya. 
"Lantas apa yang harus kami lakukan, kang? Apakah kami harus percaya kepada Pemerintah dan DPR yang telah membikin Undang-undang tersebut, atau sebaliknya?" Bagas melempar tanya kepada Tumirin yang sedang menggumam tanpa suara. Sekilas Gander melihat kilatan cahaya di sudut mata Tumirin. 
"Hmm, ya, hmm semua terserah kalian. Mau ke mana kalian menaruh kepercayaan itu. Kalau kalian percaya Undang-undang tersebut bisa membawa kemajuan untuk bangsa ini sebagaimana dibilang orang-orang pemerintah, ya kalian dukung saja. Hmm, ya, hmm kalian tentunya bisa memikirkan ke arah mana Undang-undang ini berpihak, kalau ada keberpihakan tentunya akan ada yang dirugikan. Hmm." Kembali Tumirin manggut-manggut dan meneruskan kalimatnya setelah menghisap kreteknya. 
"Hmm, ya, hmm kalian menolak Undang-undang itu pun boleh-boleh saja, kalau memang kalian percaya Undang-undang tersebut bermasalah, hmm. Ingat, kalian punya hak dan kebebasan menyuarakan pendapat, dan itu dijamin oleh Undang-undang, hmm, ya, hmm. Toh, sebelum Undang-undang tersebut ditetapkan sudah banyak ahli yang membedahnya secara keilmuan dan banyak ahli yang menolaknya, hmm. Hmm, ya, hmm mereka ada yang bilang kalau ini Undang-undang cacat formil, kurang transparan, dan kurang melibatkan masyarakat atau minim aspirasi publik, hmm." Sejenak Tumirin berhenti bicara, ditatapnya Bagas dan Gander bergantian, kemudian dialihkan pandangannya ke ujung jalan sambil menghisap kretek dalam-dalam. 
Di atas papan catur, buah berwarna hitam semakin mengepung buah berwarna putih, jumlahnya semakin tak seimbang. 

       Tumirin kembali berkata dengan pandangannya yang terus saja menatap ke ujung jalan, "hmm, ya, hmm, kalau kalian masih belum bisa menentukan pilihan ke arah mana kalian harus percaya, hmm, tentunya kalian bisa mengembalikan pertanyaan ini ke hati masing-masing, hmm. Siapa saja mereka yang berdiri mendukung Undang-undang tersebut ditetapkan secepatnya, dan siapa saja mereka yang menolak atau meminta revisi sebelum Undang-undang ditetapkan, hmm. Tanyakan, hmm, tanyakan ke hati kalian, siapa yang lebih sering membohongi kalian? Hmm, ya, hmm pasti akan kalian dapatkan ke mana seharusnya hati kalian berpihak, hmm."
"Baiklah, kang. Akan saya pikirkan baik-baik. Skak!" Jawab Bagas sambil menggeser Mentrinya menyudutkan Raja putih. 

       Gander menggaruk kepalanya yang tidak gatal, pikirannya ruwet memikirkan ucapan Tumirin, sementara di atas papan catur Rajanya benar-benar nyaris kehabisan langkah dan tak terselamatkan. 
"Haduh, matek aku. Nyerah aku, Gas. Mulai awal lagi aja. Ruwet ini, ruwet," kata Gander. 
Bagas langsung menata buah catur warna putih di depannya untuk memulai permainan baru sambil berkata, "hahaha, mimpi kamu, Nder bisa ngalahin aku. Ayo, yang serius mikirnya, hahaha."
Gander mulai menyusun buah catur warna hitam untuk permainan selanjutnya, hatinya sedikit kesal mendengar ledekan Bagas, apalagi dari kemarin memang Gander sama sekali tak mampu mengalahkan Bagas, untuk remis sekali pun. 
Saat seluruh buah catur tersusun sempurna di atas papan, tiba-tiba "brakk!" Tumirin menggebrak papan catur itu hingga buah-buah catur berserakan, sambil berteriak kencang, "MASA DEPAN DI TANGAN KALIAN!"
Tumirin berbalik meninggalkan Pos Kamling, berjalan pelan-pelan sambil menikmati kreteknya dalam-dalam. 
Bagas dan Gander melompat kaget bersamaan, tak mengira Tumirin melakukan itu semua. Masih berdiri di dalam Pos Kamling mereka menatap punggung Tumirin hingga ke ujung jalan. 
"Jangkrik, kaget aku, Gas," maki Gander. 
"Bah, kamu pikir aku nggak kaget, padahal Tumirin udah anteng tadi. Tumirin edan!" ganti Bagas yang memaki. 
"Eh, tapi sebenernya Tumirin itu gila apa nggak, Gas? Omongannya tadi kok bisa gitu ya?" 
"Hasmbuh, Nder, bapakku pernah cerita kalau Tumirin itu dulunya pentolan demonstran tahun 98. Konon, Tumirin pernah kena culik, sepuluh tahun lalu dia datang ke kampung kita ini ya udah gitu keadaannya, dekil, bau, rambut gimbal, sering bergumam tanpa suara dan sesekali ngamuk. Udahlah, nggak usah mikirin Tumirin, ini permainan lanjut apa kamu nyerah aja?" jawab Bagas sambil memunguti buah-buah catur yang berserakan kena gebrak tangan Tumirin. 

Juni 30, 2020

Iklan Facebook

Selasa, Juni 30, 2020 0
Iklan Facebook

       Wuooooh, di mari lagi rame ngebincangin iklan di Facebook. Banyak yang bilang iklan di Facebook itu aneh dan bikin serem. Saat pada lagi butuh sesuatu tiba-tiba nongol iklannya di Facebook, padahal mereka itu enggak pada nyari di kolom pencarian sama sekali. 

       Ada yang cerita kalau SIMnya udah mau habis masa berlakunya, baru mikirin buat perpanjangan SIM, eeeh muncul iklan jasa layanan perpanjangan SIM di Facebook. 

       Terus ada yang cerita di kolom komentar, dia ngobrol sama anaknya yang lagi pengen hamster, lha, muncul pula itu iklan jualan hamster di Facebooknya. 

       Banyak kali pengguna Facebook yang ngomongin keanehan iklan di Facebook ini. Ada yang beranggapan ini adalah kerjaan Jin yang dipiara Facebook buat ngertiin apa yang sedang diinginkan penggunanya. Ada pula yang dengan serius membahas ini adalah cara kerja algoritma. Terserahlah, suka-suka mereka dengan apa yang dipercayainya. 

       Dari banyak hal yang saya baca tersebut, kok, saya enggak mengalaminya, ya? Saya nggak pernah lihat iklan tentang sesuatu yang sangat saya ingini. Apa mungkin Jin atau algoritma Facebook tidak berlaku untuk saya? 

       Setelah sarapan secukupnya, ternyata saya menyadari sesuatu tentang iklan yang tidak muncul di Facebook saya. 

       "Jiangkriiiikkkkk"

       Jebul Fecebook weruh yen aku ora duwe duwit....!

April 27, 2020

HM Subchan ZE: Tokoh yang Terlupakan

Senin, April 27, 2020 2
HM Subchan ZE: Tokoh yang Terlupakan

       Semasa duduk di bangku Sekolah Dasar, saya pernah merasa penasaran dengan sebuah nama, yang menjadi nama jalan di sebelah barat kampung yang saya tinggali.
Ratan kulon (jalan barat) begitulah saya dan teman-teman sebaya saya menyebutnya, jalan ini membentang dari pertigaan Pengkol hingga perempatan Jember. Nama jalan itu adalah jalan HM Subchan ZE.

       Nama HM Subchan ZE membuat saya penasaran karena saya benar-benar tidak tahu siapa sebenarnya Tokoh yang satu ini, dan apa yang membuatnya dijadikan sebagai nama jalan yang selalu saya lewati saat saya berangkat menuju Sekolah Dasar.
Umumnya mereka yang dijadikan nama jalan adalah para pahlawan atau tokoh-tokoh lokal, sedangkan dalam buku PSPB yang saya pelajari semasa Sekolah Dasar, saya tidak pernah menemukan nama HM Subchan ZE.
Saya tidak merasa penasaran dengan nama jalan di ratan kidul (jalan selatan), karena saya tahu benar tokoh yang dijadikan nama jalan sepanjang perempatan Sunggingan hingga pertigaan Pengkol tersebut. Siapa warga Kudus yang tidak menegenal nama Niti Semito, raja Kretek terkenal dari kota Kudus. Namun untuk HM Subchan ZE, saya benar-benar tidak mengetahui siapa sebenarnya tokoh yang satu ini.

       Rasa penasaran yang terpendam begitu lama dan nyaris terlupa itu akhirnya terjawab sekitar empat tahun yang lalu. Secara tidak sengaja saya menemukan sebuah artikel yang membahas nyaris tuntas tentang HM Subchan ZE. Artikel ini saya temukan di web NU Online dan ditulis oleh Zulham Mubarak, Ketua Departemen Advokasi dan Kebijakan Publik PC GP Ansor Kabupaten Malang.

       Jika anda juga ingin tahu tentang siapa HM Subchan ZE, tentang perjalanan hidupnya, tentang kematiannya yang menyisakan misteri, silakan baca saja di link berikut ini: