Melakukan Karena Kebiasaan atau Kesadaran? - awanbyru.com

Januari 31, 2022

Melakukan Karena Kebiasaan atau Kesadaran?



       Sudah teramat sering kita mendengar frasa dipaksa, terpaksa, hingga akhirnya terbiasa. Sebuah ungkapan yang biasa digunakan untuk memotivasi seseorang agar terbiasa melakukan sesuatu. 
Kita ambil contoh, seorang anak yang dipaksa belajar oleh orangtuanya, tentunya sang anak dengan terpaksa melakukannya. Namun karena seringnya terpaksa belajar, anak ini menjadi terbiasa untuk belajar dan belajar kemudian menjadi sebuah kebiasaan. 
Luar biasa! 

       Hingga kemudian saya merasa agak-agak gimana bila mendengar kalimat melakukan sesuatu karena kebiasaan, rasanya ada yang kurang pas saja. 
Apakah kita ini dalam melakukan sesuatu itu karena terbiasa dan menjadi kebiasaan, atau ada alasan lain untuk perbuatan yang sehari-hari kita lakukan? 
Sepertinya melakukan sesuatu itu akan terasa lebih pas bila dilakukan dengan kesadaran. 
Benar nggak sih? 

       Coba kita bandingkan keduanya dengan menggunakan perbuatan baik dan tercela. 
Misalnya, Si X terbiasa berdoa sebelum makan. 
Bagus dong, dan nggak ada yang salah tentunya. 
Bagaimana bila si X berdoa bukan karena kebiasaan, melainkan kesadaran. 
Dia memiliki kesadaran untuk bersyukur kepada Tuhan atas rezeki yang diterimanya. 
Dia juga memiliki kesadaran untuk berterima kasih kepada petani yang menumbuhkan padi hingga berproses menjadi nasi yang disantapnya. 
Kemudian dia juga memiliki kesadaran berterima kasih kepada semua yang terlibat dalam proses tersajinya hidangan yang akan disantapnya. 
Tentunya kesadaran-kesadaran yang muncul dari berdoanya Si X akan semakin menambahkan nilai syukurnya terhadap Sang Pencipta. Dia tidak hanya berdoa untuk dirinya, namun untuk seluruh yang terlibat dalam proses terjadinya hidangan tersebut.

       Nah, kalau Si X ini memiliki kebiasaan mencuri, bagaimana jika kesadaran itu dilibatkan dalam tindakannya? 
Si X memiliki kesadaran bahwa mencuri adalah cara yang cepat untuk mendapatkan uang bila tidak tertangkap. 
Dia selalu berhati-hati saat merencanakan pencuriannya sebaik mungkin karena kesadaran akan konsekuensi bila tertangkap.
Sampai pada akhirnya dia memiliki kesadaran bahwa mencuri itu merugikan orang lain, dan batal sudah pencurian yang akan dia lakukan. 

       Mungkin saya salah dalam memberikan contoh perbandingan, namun untuk saat ini saya lebih memilih untuk menuliskan ini di blog karena kesadaran. Bagaimana mungkin saya terbiasa menulis blog, lha kenyataannya saja saya sudah setahun lebih nggak menulis apa pun di sini. 
Terserah kalian mau memilih yang mana, 
Dipaksa, terpaksa, untuk terbiasa, atau dipaksa terpaksa, untuk memiliki kesadaran? 
Di sini saya sama sekali tidak memaksa lho ya! 





2 komentar: