awanbyru.com

Juni 21, 2010

Red Wine in Love

Senin, Juni 21, 2010 0
Red Wine in Love


Malam dingin terus beranjak.
Dan aku masih di luaran.
Menikmati hembusan dingin.
Bermain-main dengan angan.

Namun kini ku tak sendiri.
Berandal kecil telah terbangun.
Dan miras berteman denganku.
Menemani hening lewati dingin malam.

Manis harum aroma yang tercipta.
Menggugah rasa untuk setubuhinya.
Pekat saripati anggur merah.
Mulai menyatu dalam aliran darah.

Sejenak melupakan.
Tekanan yang menghimpit keseharian.
Dan beban yang beratkan langkah.

Sejenak kunyanyikan.
Lagu cinta yang tak berbalas.
Dan kuteriakkan.
Puisi kasih suci yang tak kunjung kembali.

Dingin tak lagi kurasa.
Pagi telah menjelang.
Manis harum aroma itu telah sirna.
Kegilaan ini sementara terhenti.
Saat mulai kumasuki dunia mimpi.

Beib, i'm sorry...

Juni 11, 2010

Akhir Sebuah Cerita

Jumat, Juni 11, 2010 0
Akhir Sebuah Cerita


Asalé lemah balik nang lemah.
Asalé gak kenal lumrah balik gak kenal.
Mayapada kuwi ora nyata.
Ra perlu dadi reridu ing rasa.

Ono mangsané lebur musna binasa.
Jeroning ati kudu bisa legawa.
Nadyan angél tetep kudu bisa.
Ra perlu gela opo manéh lali jiwa.

Mei 30, 2010

Kebosanan Hidup

Minggu, Mei 30, 2010 3
Kebosanan Hidup


Bosan....
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bosan berarti sudah tidak suka lagi karena sudah terlalu sering atau banyak. Entah apa makna bosan menurut anda. Namun yang jelas kita semua selalu berusaha untuk menghindari kebosanan melanda di dalam kehidupan kita. Banyak hal yang dilakukan orang untuk mengusir kebosanan yang mereka alami di dalam kehidupannya, terkadang tak peduli berapa banyak harta yang harus dikeluarkan untuk mengusir rasa bosan yang melanda.

Kalau cuma bosan dengan makanan yang dimakan sehari-hari tentu mudah bagi kita untuk mengusir bosan itu, namun pernahkah anda bosan dengan hidup anda? Hingga karena begitu bosannya anda tak ingin hidup lagi? Semoga anda semua jangan sampai pernah merasa untuk bosan hidup, betapa pun beratnya hidup yang anda jalani semoga itu tak membuat anda bosan untuk tetap bertahan hidup. Jujur saya pernah bosan dengan hidup yang saya alami, hingga saya tak punya lagi keinginan untuk hidup (astagfirullah...), namun kini walau terkadang saya pun masih merasakan sedikit kebosanan itu, tapi keinginan untuk terus hidup itu masih ada. Tak ada lagi kata menyerah untuk menjalani hidup yang telah dianugerahkan oleh Yang Maha Kuasa.

Tampaknya kebosanan juga sedang melanda diriku buat nge-blog, terlalu lama rasanya saya tidak update blog ini, yah mungkin bosan sudah terlalu dalam menggerogoti keinginan buat ngeblog, ide-ide tulisan sering kali macet sebelum tertuang dalam kata-kata, untuk sedikit menghindari kebosanan itu menjadi akut maka dengan tekad bulat saya coba untuk mengupdate blog ini.
Dan dikarenakan ide tulisan pun masih macet maka dengan sangat terpaksa saya menggunakan jurus paling ampuh bagi para penulis yang tak diakui di dunia belahan manapun seperti saya ini, yaitu copy-paste demi updatenya blog hehehe....

Tulisan ini saya dapatkan melalui message di inbox Facebook saya melalui sebuah grup Facebook yang bernama Facebooker Generation Kudus (FGK) / Generasi Facebooker Kudus (GFK), dan atas seijin adminnya maka saya pun mere-post isi message tersebut disini.

Kebosanan Hidup



Seorang pria mendatangi Sang Guru, “Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati”.
Sang Guru tersenyum, “Oh, kamu sakit”. “Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan ini. Itulah sebabnya saya ingin mati”. Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya. Sang Master meneruskan, “Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, ‘Alergi Hidup’. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan”.
Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, dan yang abadi dalam hidup ini ? Kita tidak menyadari tentang sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita…
“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjuk-ku”. Demikian Sang Master menyarankan.
“Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh”. Tidak, saya tidak ingin hidup.” pria itu menolak tawaran Sang Guru.
“Jadi kamu tidak ingin sembuh?? “ Kamu betul-betul ingin mati?” tanya Sang Guru
“Ya, memang saya sudah bosan hidup”, pria itu kukuh menjawab.
“Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang.” Perintah Sang Guru. Giliran pria tersebut bingung. Setiap Guru yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.
Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut “obat” oleh Sang Guru EDAN itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai !!!
Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah. Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarganya di restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir ini malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya pun menjadi santai banget !
Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, “Sayang, aku mencintaimu. “Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis !!”
Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis !!!
Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, “Hari ini, Boss kita kok aneh ya ?” Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis !!
Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.
Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.” Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, “Pi, maafkan kami semua. Selama ini, Papi selalu stres karena perilaku kami.” Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya ?

Ia mendatangi Sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya Sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi, “Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh?? Apa bila kau hidup dalam ke-kini-an, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan ini !!!
Leburkan egomu, leburkan keangkuhanmu, leburkan kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air, dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan pernah jenuh, tidak akan pernah bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan”..
Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam ke-kini-an. Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP !!!
Hidup bukanlah merupakan suatu beban yang harus dipikul tapi merupakan suatu anugerah untuk dinikmati. “Anda tidak akan pernah menang jika Anda tidak pernah memulai.”

============================================
Sudarmono, Dr.(2010). Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi, 1001 Kisah Sumber Inspirasi, Idea Press, Yogyakarta. pp. 13-16. ISBN 978-6028-686-402.
…………………………………………………………………………………………
Apabila berminat pesan dan dikirim Buku tersebut hubungi: 081392911111
atau reply Inbox ini.
…………………………………………………………………………………………
Info buku:
http://www.facebook.com/?tid=1142862708718&sk=messages#!/pages/Mutiara-Kalbu-Sebening-Embun-Pagi/116810518359465

============================================

Februari 12, 2010

Lelaki Itu Bernama Jafar

Jumat, Februari 12, 2010 0
Lelaki Itu Bernama Jafar
Usianya belumlah genap sepuluh tahun. Namun sepak terjangnya tidak seperti bocah seusianya.
Gurat keprihatinan tak mengurangi parasnya yang rupawan.
Ikal merah rambutnya nyalakan semangat perjuangan.
Sorot matanya tegas tajam, tanpa dendam di dalamnya.
Dan di dalam genggamannya terselip batu perjuangan. 
Lelaki kecil itu bernama Jafar.

Terlahir di kawasan sengketa yang tak pernah reda.
Perebutan wilayah yang mungkin akan terjadi hingga akhir masa.
Perang itu terjadi jauh sebelum lelaki itu terlahir ke dunia.
Di dalam kekacauan dia tumbuh.
Di bawah hujan mortir dan desing peluru dia bermain.
Tangis yang ditinggal mati jadi pemandangan sehari-hari.
Semua itu tak membuatnya lemah.
Justru semakin menguatkan apa yang telah diyakininya.
Lelaki itu bernama Jafar.

Setahun yang lalu perang merenggut nyawa ayahnya.
Saat tentara menyerbu masjid tempat ayahnya menjadi imam jum'at.
Penyerbuan berdalih membasmi teroris itu memisahkan Jafar dengan gurunya tercinta.
Keesokan harinya dia menemukan seorang tentara yang terluka parah.
Diangkatnya batu besar tepat di atas kepala tentara yang tergeletak tiada daya.
Saat kedua mata mereka saling bertatap.
Bocah itu melempar batu itu ke samping tubuh tentara itu.
Dia berucap, ''Demi Tuhanku, kalau sampai hari ini aku membunuhmu karena dendamku kepada kalian, maka tak ada beda apa yang aku lakukan dengan apa yang telah kalian lakukan.''
Bocah itu pun berlalu saat dari belakang terdengar langkah para tentara mendatangi tempat itu.
Hari itu seorang bocah telah menjadi lelaki.

Seminggu yang lalu rumah lelaki itu hancur diterpa mortir.
Bangunan itu hancur menyisakan puing dan asap.
Jiwa para penghuni rumah terselamatkan.
Meski luka menyayat tubuh dan hati mereka.
Seorang ibu dan dua anak yatim kembali menjadi korban perebutan wilayah.
Perang telah merenggut apa yang mereka miliki.
Sang ibu meratap pilu di tengah puing bangunan itu.
Sambil menggendong adik kecilnya.
Lelaki belia itu mengusap air mata sang ibu.
Pandang mata dan lembut tuturnya damaikan hati sang ibu.
Lelaki itu bernama Jafar.

Hari ini di sebuah perbatasan antar negara.
Keluarga kecil itu harus kembali terpisah.
Sang ibu dan adik kecil itu hijrah ke negeri jiran.
Melanjutkan hidup bersama family yang masih tersisa.
Sedang lelaki kecil itu memutuskan kembali ke kampung halamannya.
Memperjuangkan hak yang dimiliki bangsa mereka.
Memperjuangkan keyakinan yang ada di hatinya.
Perpisahan itu terjadi dalam diam.
Nyaris tak ada kata yang terucap.
Hanya mata dan hati mereka yang bicara.
Lelaki kecil itu berbalik dan berlari.
Dia berteriak, ''Ibu, didik adik kecilku seperti engkau mengajariku, saat adik seusiaku aku akan menjemputnya untuk berjuang bersamaku.''
Sang ibu cuma mengangguk pelan dan memanggil lelaki kecil itu Jafar.

Tiga tahun telah berlalu sejak perpisahan di perbatasan itu.
Lelaki itu kini berjuang melakukan perlawanan dengan keyakinan dan caranya sendiri.
Tak terikat organisasi dan tanpa ada kaitan dengan politik mana pun.
Gerombolan Jafar begitu ternama di kota itu.
Namun begitu sulit menemukan mereka.
Mereka cuma segerombolan remaja kecil yang dipimpin lelaki bernama Jafar.
Dan sebuah kebanggaan bagi warga kota bila bisa bertemu dengan lelaki itu.
Gerombolan Jafar selalu bergerak cepat dan akurat dalam setiap penghadangan.
Yang mereka lakukan adalah keberanian bukan kenekatan semata.
Di layar kaca kusaksikan, lelaki itu dan gerombolannya beraksi.
Sebaris pasukan bersenjata lengkap mereka hadang.
Tak peduli lemparan batu mereka dibalas dengan desing peluru dari senjata para tentara.
Lelaki itu selalu ada di depan.
Memberi komando serang kemudian secara berbarengan menghilang.
Lelaki kecil itu masih tetap sama.
Sinar matanya pancarkan perjuangan tanpa dendam.
Dan paras eloknya penuh gurat keprihatinan.
Lelaki itu bernama Jafar.

Perjuangan lelaki itu dan gerombolannya mungkin tak berarti banyak.
Namun apa yang mereka lakukan tak akan pernah padam.
Selama negeri mereka tertindas mereka akan terus melawan.
Perlawanan mereka telah menunjukkan pada dunia bahwa negeri itu tetap ada.
Bahwa negeri mereka adalah negeri merdeka.
Bahkan para tentara pun takut dengan semangat perlawanan gerombolan Jafar.
Kini nama Jafar tertera dalam daftar orang paling muda yang dicari hidup atau mati oleh agen rahasia para tentara.
Nama lelaki itu sejajar dengan pejuang-pejuang besar negeri itu yang angkat senjata mempertahankan keyakinan yang mereka miliki.
Lelaki itu bernama Jafar.



--
Kudus, 12 Februari 2009.
Di sebuah warung kopi.


Januari 21, 2010

Belajar pada Matahari

Kamis, Januari 21, 2010 3
Belajar pada Matahari


Apa yang akan matahari lakukan saat bunga itu layu dan enggan mekar mewangi?
Apa yang akan matahari lakukan saat sinarnya terhalang awan gelap hingga bulan tak lagi benderang?
Apa yang matahari lakukan saat Phoenix itu tersesat dan tak tahu kemana jalan kembali untuk sembuhkan luka?

Matahari...
Tolong jawab pertanyaanku ini!

Matahari...
Aku mengagumi pemberi mu yang tanpa pamrih,
hingga bunga tumbuh berkembang mewangi dikelilingi kupu-kupu dan kumbang,
dan dirimu tetap pancarkan kasihmu dari jauh.

Matahari...
aku mengagumi kerelaanmu dalam pengorbanan,
saat jasamu terlupakan di saat rembulan benderang,
dan semua mahluk mengaggumi indahnya purnama.

Matahari...
aku mengagumi kesetiaanmu menanti dan memaafkan,
saat Phoenix pergi entah kemana tanpa memberitahumu,
engkau tetap membuka pintumu lebar-lebar hanya untuk Phoenix kembali dan mengobati lukanya.

Matahari...
Jawablah pertanyaanku!
Apa yang akan kamu lakukan saat kamu tidak lagi bisa memberi sesuatu yang berarti?


------------------
Terinspirasi dari sebuah catatan berjudul: Mengapa Pria Tetap Ingin Menjadi Matahari.
*kalau anda tahu penulisnya, tolong kabari saya.*