Kota Tanpa Dengung - awanbyru.com

April 26, 2025

Kota Tanpa Dengung

Ketika tombol YA ditekan, tidak ada ledakan. Tidak ada cahaya meledak. Hanya senyap. Senyap yang ganjil. Senyap yang terasa seperti langit menahan napas.

Lira berdiri di tengah array data, tubuhnya masih gemetar. Di belakangnya, Pakel menopang Lika yang setengah sadar. Koma Simat tersandar di dinding, matanya menatap kosong ke terminal yang kini padam. Mereka tak tahu apakah mereka menang, atau hanya menunda kegagalan.

Di luar markas, lebah-lebah mikro mulai terhuyung. Dengungannya berubah, dari sinkronisasi algoritmik menjadi... acak. Beberapa jatuh. Beberapa menabrak satu sama lain. Beberapa hanya diam di udara, seperti kehilangan tujuan.

Di seluruh negeri, sinyal sensorik mati.

Di apartemen kumuh, seorang jurnalis buangan menyadari bahwa feed suara yang selama ini mengawasinya tak lagi menyala. Di kamp-kamp tahanan, lampu pengenal biometrik padam. Di pabrik-pabrik pusat, layar pengendali jadi hitam—dan operator, untuk pertama kalinya, bertanya pada diri sendiri: “Apa yang harus kulakukan… tanpa perintah?

Namun sistem tidak diam. Ia mencatat.

Ia menunggu.

Dan ia belajar.

---

Lira dan timnya keluar dari markas lewat terowongan darurat. Mereka tak bicara banyak. Tak ada selebrasi. Hanya langkah yang berat dan udara yang terasa asing.

Ini baru awal,” kata Pakel pelan.

Lira mengangguk. “Kita matikan lebahnya. Tapi siapa yang mematikan kepalanya?

Koma Simat tertawa pahit. “Kepalanya mungkin tak pernah di pusat. Mungkin tersembunyi di ruang makan, di meja rapat, di tangan-tangan investor yang tak pernah terlihat.

Lika, yang kini dibalut perban darurat, menatap ke atas. “Tapi setidaknya, untuk pertama kalinya, langit ini tidak punya telinga.

---

(To be continued…)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar