Dongeng Koalisi Macan II - awanbyru.com

Januari 22, 2017

Dongeng Koalisi Macan II

Koalisi Macan berkumpul lagi, mereka mengadakan konsolidasi untuk mengadakan perburuan bersama jilid II. Kali ini Sanca tidak hadir dengan alasan menghadiri pernikahan saudara di hutan sebelah. Alasan sebenarnya sih karena Sanca masih kecewa dengan cara pembagian daging buruan yang dilakukan Macan di perburuan pertama.

Rubah bersedia melanjutkan koalisi dengan syarat bahwa nantinya hasil buruan dibagi dengan adil seadil-adilnya. Ajak mengikuti keputusan Rubah, tak ada pilihan lain bagi Ajak selain bergabung dengan koalisi Macan --- ia tak pernah melakukan perburuan sendiri --- sedangkan kawanan Ajak yang lain belum kembali ke hutan Tanjung.

Macan menerima syarat yang diajukan Rubah, dan di sinilah mereka sekarang. Di padang rumput yang terletak tak jauh dari telaga di bagian utara hutan Tanjung Pulau Halimunda. Mereka berpencar di tiga penjuru, mengepung wilayah padang rumput. Mereka mengincar empat ekor Kambing yang sedang merumput menikmati sarapan. Macan, Rubah dan Ajak sabar mengintai, keempat Kambing tersebut masih dalam formasi siaga. Keempatnya merumput dengan posisi saling membelakangi, sehingga gerakan mencurigakan dari empat penjuru dapat segera terdeteksi.

Dari empat ekor Kambing tersebut satu ekor berwarna hitam, sedang tiga lainnya berwarna coklat dengan sedikit aksen putih di perut dan punggungnya. Keributan kecil terjadi di antara mereka saat mereka mulai membicarakan perbedaan warna bulu mereka. Kambing hitam merasa dialah Kambing terbaik di pulau Halimunda. Bulunya hitam mengkilat tanpa noda, dan tubuhnya lebih besar dari tiga kawannya.

Tiga Kambing coklat mulai jengah kepada Kambing hitam. Apalagi Kambing hitam mulai merendahkan tiga Kambing coklat, dengan terus menerus menyinggung warna bulunya yang coklat dekil dan bentuk badan yang pendek. Tiga Kambing coklat memutuskan untuk menyudahi sarapan dan meninggalkan Kambing hitam sendirian di padang rumput. Sebenarnya mereka belumlah cukup kenyang, namun mereka sudah tidak tahan dengan mulut si Kambing hitam. Kini Kambing hitam merumput sendirian di padang rumput, ia tak pedulikan teman-temannya yang beranjak pergi.

Tiga pengintai bersorak riang dalam hati menyaksikan Kambing hitam yang tertinggal sendiri. Setelah tiga Kambing coklat dipastikan menjauh dari padang rumput, tiga hewan pemburu ini serentak merayap diam-diam mendekati Kambing hitam dari tiga penjuru.

Ajak yang lebih dulu mendekati lokasi Kambing hitam, bersiap ia ambil ancang-ancang menyerang sambil menunggu aba-aba penyergapan dari Macan. Terdengar auman keras Macan, Ajak langsung melompat menerjang kaki belakang Kambing hitam, digigitnya erat kaki itu seolah tak akan dilepaskan. Kambing hitam mencoba meronta melepaskan diri dari gigitan Ajak, namun dari arah depan Rubah menerjang menggigit kaki depan Kambing hitam. Robohlah Kambing hitam di rerumputan, belum juga ia berpikir untuk bangkit, taring-taring tajam Macan menancap di tengkuk Kambing hitam. Perburuan selesai sudah, Kambing hitam tak akan lagi pulang.

"Hei Rubah, bagi daging Kambing ini dengan adil seadil-adilnya untuk kita bertiga, seperti maumu," kata Macan kepada Rubah sambil mengelap mulutnya yang berlumur darah.

Rubah segera mencabik-cabik daging Kambing, sedangkan Ajak diam memperhatikan. Oleh Rubah daging Kambing tersebut dibagi menjadi tiga tumpukan yang sama banyak. Tanpa banyak kata Rubah mengambil bagian satu tumpuk daging dan berbalik meninggalkan Macan dan Ajak.

Belum juga sampai dua langkah Rubah meninggalkan lokasi pembagian daging, Macan melompat menerkam menggigit tengkuk Rubah dan langsung mencabik-cabik tubuh Rubah menjadi daging cincang. Ajak diam menahan nafas, hampir copot jantungnya. Tak diduganya akan begitu mengenaskan nasib yang menimpa Rubah.

"Sudahlah jangan cuma bengong. Lekas gabungkan itu daging Rubah dengan daging Kambing. Kemudian bagi dengan adil seadil-adilnya untuk kita berdua," kata Macan kepada Ajak yang masih gemetar terbengong-bengong.

Ajak kemudian mengumpulkan seluruh daging Rubah dan Kambing. Ditumpuknya menjadi satu bagian besar daging tersebut dan didorongnya ke arah Macan, sedangkan untuknya hanya setumpuk tulang dengan sedikit daging.

Macan tersenyum melihat cara Ajak membagi hasil buruan. Kemudian Macan berkata "Apakah pembagian ini sudah adil Jak? Dan apa sebab engkau membagi seperti ini?"

“Ini sudah benar Tuan, yang saya lakukan adalah karena saya belajar dari masa lalu dan juga belajar dari nasib yang menimpa Rubah," jawab Ajak yang segera menyambar bagiannya yang sedikit kemudian berlari sekencangnya menjauhi Macan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar