Bapak Tua dan Sepeda Onthelnya - awanbyru.com

Januari 17, 2017

Bapak Tua dan Sepeda Onthelnya

Mungkin anda pernah mendengar kisah yang akan saya ceritakan ini. Bisa jadi kakek, budhe, bulik, emak, bapak atau tetangga anda pernah menceritakannya. Kisah ini terjadi di kampung saya lebih dari 40 tahun yang lalu. Sebuah kisah sedih tentang bapak tua dan sepeda onthelnya.

Segerombolan pemuda tanggung berkumpul di angkruk dekat perempatan, mereka bertaruh kecil-kecilan menebak setiap kendaraan yang melintas perempatan akan belok kiri, kanan atau lurus. Teriakan dan tawa kemenangan datang dari yang berhasil menebak benar, dan pisuhan kecil tak jarang muncul dari yang tebakannya lebih sering salah.

Dari jauh terlihat seorang bapak tua mengayuh sepedanya,berjalan lambat menuju perempatan. Para pemuda sudah bersiap dengan tebakannya masing-masing. Ketika sepeda itu semakin dekat ke perempatan dan tampak jelas siapa yang mengendarainya, para pemuda tersebut tertawa dan sepakat untuk membatalkan taruhannya.

Bapak tua ini adalah pengecualian untuk permainan tebak arah tersebut. Hampir semua orang kampung yang mengenal bapak tua ini tahu belaka jika bapak tua ini mengendarai sepeda pasti akan segera turun dan menuntun sepedanya saat bertemu dengan persimpangan -- entah itu pertigaan atau perempatan. Kemanapun arah yang akan diambil bapak tua ini; ke kiri, ke kanan, atau lurus beliau pasti akan turun dari sepeda dan menuntunnya.

Para pemuda tanggung tersebut lebih memilih sepakat untuk tidak menjadikan bapak tua yang senantiasa berhati-hati tersebut sebagai bahan taruhan. Memangnya apa yang mau dipertaruhkan kalau mereka semua akan serempak dengan jawaban yang sama.
"Turun."
Tak ada yang akan menjawab ke kanan, ke kiri, atau lurus. Setiap bapak tua ini lewat, taruhan akan dianggap seri.

Tentunya kita tidak bisa menganggap kondisi jalanan tahun 70-an sama dengan kondisi jalanan saat ini. Lebar dan kemulusan aspal sudah pasti berbeda. Pun dengan volume lalu lintas sudah pasti sudah jauh berbeda. Saat ini jalan sudah begitu lebar namun malah terasa begitu sesak oleh kendaraan yang melintas di atasnya. Mobil, motor, sepeda dan becak saling serobot mencari celah yang tersisa.

Para pengendaranya pun sudah berubah, di tiap persimpangan yang ada lampu lalu lintasnya dapat dipastikan terdengar ribut suara klakson, tak peduli lampu lalu lintas menyala apa. Anak-anak naik motor tanpa helm dan sesekali beratraksi menaikkan roda depannya di atas aspal jalan raya adalah hal yang semakin sering kita temui belakangan ini. Para pengguna jalan seolah hilang kehati-hatiannya.

Saya tidak sempat mengenal bapak tua yang senantiasa menuntun sepedanya saat bertemu dengan persimpangan. Hanya ceritanya yang saya dengar. Saya belum dilahirkan ke dunia saat bapak tua ini meninggal dunia. Bapak tua ini mati tertabrak motor saat sedang menuntun sepedanya melewati sebuah persimpangan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar