Postingan ini bukanlah sebuah review tentang handphone yang dijual secara online...!
Perlu diketahui kalau HP yang bentuknya sudah tidak karuan ini sudah dua tahun lebih menemani saya dalam berkomunikasi. Walau sekedar untuk telepon dan sms doang, ada juga sih fitur internetnya tapi susah banget nyetingnya. Menu isiannya berbeda dengan HP lain. Jadi fitur ini saya anggap tidak ada.
Meskipun sudah lama menemani hari-hari saya, baru kali ini lah saya tahu type HP ini, sebelumnya saya cuma tahu merknya doang. Di sini saya tidak akan membahas fitur yang disediakan oleh HP ini, saya cuma mau bercerita tentang kejadian yang erat hubunganya dengan hape ini.
Alcatel OT332 ini saya dapatkan sebagai HP seken dengan kondisi yang sudah hilang semua abjad di keypadnya. Sebenarnya saya tidak berminat untuk membeli HP ini, ceritanya waktu itu ada temen yang pinjam duit seratus ribu, saya kasih dah ke dia, tapi dia bilang kayaknya lama balikinnya karena lagi sepi kerjaan dia. Sebenernya saya tidak ada masalah dengan tempo pengembalian yang lama, tapi dia maksa nyerahin Alcatelnya untuk dijadikan jaminan. Berhubung waktu itu saya cuma punya satu HP sedangkan kartu sim saya ada dua, akhirnya saya terima saja, hehe lumayan lah biar tak perlu ganti-ganti kartu.
Setelah sekian lama saya pegang eh ternyata temen saya itu malah akhirnya berubah pikiran, katanya HP ini sudah sah saja jadi milik saya. Bah, ternyata dia sudah dapat HP baru, yah karena tak tega dulu cuma ngasih seratus ribu doang akhirnya saya tambahin saja enam puluh ribu sebagai pembayaran Alcatel ini.
Setelah resmi jadi milik saya, Alcatel ini memulai kisah kebandelannya. Dalam penggunaan sehari-hari Alcatel ini benar-benar saya hajar habis-habisan, bahkan kalo lagi sebel sering pula HP ini saya banting. Dan herannya HP ini paling cuma chasingnya yang berserakan kemana-mana, setelah saya pasang lagi dan dinyalain normal lagi. Benar-benar perkasa ini HP, biarpun sering jatuh dan terbanting dia masih oke hingga sekarang. Cuma penutup batrenya saja yang bermasalah karena flipnya patah hingga tidak bisa dipasang lagi.
HP yang sering dihina-dinakan teman-teman saya ini pun semakin saya nistakan penampilannya. Biar sesuai sama pemiliknya gitu. Penutup belakang yang bermasalah tidak saya pasang, cover depannya pun saya lepas, benar-benar saya telanjangin ini HP.
Lama-lama batrenya jadi kendor karena tanpa penutup belakang sehingga HP-nya jadi sering mati sendiri. Dan plesterpun menjadi pertolongan yang tepat untuk mengatasi permasalahan ini. Yang semakin menjadikan HP ini menjadi gembel yang lebih baik.
Dan dalam kondisi yang benar-benar hancur seperti itu, HP ini turut menyertai saya sewaktu ada kopdaran dengan user-user Reporo yang ada di Jakarta setahun yang lalu. Teman-teman chat saya shock saat HP ini saya keluarin dari kantong celana ketika menerima panggilan masuk. Berbagai komentar bermunculan menanggapi HP langka yang sudah tidak berbentuk HP lagi. Tak satu pun dari mereka tahu merknya sampe akhirnya saya menyebutkan ALCATEL (asal kayak telepon). Sempurna sudah perjuangan saya menistakan HP ini di depan publik.
Begitu banyak kejadian yang sangat susah saya lupakan bersama Alcatel ini. Pada suatu malam ada seorang teman yang menelepon saya. Durasinya cukup panjang hingga akhirnya muncul peringatan batrenya lemah. Maklum saja sudah tiga hari belum saya charge. Langsung saja saya ambil charger dan saya koneksikan dengan stopkontak terdekat. Begitu saya tempelkan HP di telinga, waataaawwww telinga saya dialiri strum. Busyet dah itu HP langsung saya lempar sampai berkeping-keping. Sampe sekarang saya tidak berani menelepon dengan HP ini jika sambil dicharge. Sumpah kapok saya kalo kuping saya musti kesetrum lagi.
Pada sebuah malam yang lain, saya sedang di warung kopi langganan bareng teman-teman. Kejadian ini sudah cukup lama, sebelum saya kopdaran ke Jakarta. Kondisi HP-nya belum parah-parah sangat. Nah waktu itu ada seorang sales yang sedang menjual produk HP CDMA yang baru rilis. Melihat saya dan kawan kawan, dia sudah merasakan ada peluang untuk menjual produknya.
Awalnya saya tidak terlalu menanggapi mbak yang satu ini, toh saya juga tidak butuh HP baru. Dengan penolakan yang halus mbak ini masih belum menyerah, mungkin ilmu marketing yang dipelajarinya mengajarkan untuk pantang menyerah dan sebuah penolakan yang halus adalah sebuah awal yang bagus (duh mbak sekolah di mana sih?).
Dengan panjang lebar dia menjelaskan kalau telpon pakai operator tersebut sangatlah murah bla bla bla... bla.. bla bla.
Saya cuma menjawab singkat.
"Ah itu kan kalau sesama operator mbak, sayangnya saya tidak punya teman yang pakai operator tersebut"
Duh jawaban saya malah dianggap kalo saya tertarik sama produknya. Semakin panjang dia menjelaskan, bahkan sampai menawarkan diri,
"Kalau mas belum punya teman yang pakai ini ya nanti telepon-teleponan sama saya saja mas, bener kok murah saya sudah buktikan lho."
Beuh, tak berhasil pakai trik tersebut mbak ini mulai lagi dengan triknya yang pamungkas. Dia merasa calon pembeli butuh bukti bukan janji. Dia bilang kalo produknya tahan banting, dan tanpa diminta dia menjatuhkan HP-nya ke lantai yang terbuat dari keramik.
"gubrakk"
Teman saya sampai terlonjak kaget karena tak menyangka hal tersebut terjadi. Dengan bangga mbak itu menunjukan HP-nya yang normal-normal saja. Mendadak iseng saya muncul melihat perjuangan mbak ini dalam merayu pembeli. Saya ambil Alcatel dari saku, lalu saya jatuhkan persis seperti apa yang dilakukan mbaknya.
"Eh HP saya juga nggak papa mbak."
(sambil nunjukin tampang blo'on)
"Kan jatuhinnya deket mas."
Mendadak dia melempar HP-nya ke arah parkiran yang beralas paving.
"Tuh nggak papa mas."
Dengan santai saya juga melempar Alcatel saya sejauh mbak itu melempar. Sontak para pengunjung warung yang sedang ramai itu memperhatikan atraksi gratis tersebut. Eh mbak satu ini semakin panas dia melempar lagi lebih jauh, yang kemudian selalu saya ikuti dengan lemparan Alcatel saya.
Empat kali berturut-turut dia melempar lebih jauh dan jauh lagi, sampai akhirnya chasing, batre dan penutup batre Alcatel saya tercerai berai. Temen saya sampai nyeletuk,
"Duh, dunia makin banyak orang sakit".
Setelah saya pasang kembali bagian dari Alcatel yang tercerai-berai,lantas saya nyalakan. Saya tantang lagi sales tersebut.
"Mau dilempar ke mana lagi mbak?"
Akhirnya sales ini pun sadar kalau ternyata calon pembelinya lebih gila dari dia. Cepat-cepat dia bayar minumnya dan ngacir meninggalkan warung tersebut.
(Duh, maaf ya mbak atas keisengan saya, mbak sih maksa melulu)
Sampai tulisan ini rilis di Blogspot Alcatel saya masih setia menemani, padahal HP yang satunya sudah berganti sampai empat kali. Kondisi terakhir alcatel saya seperti terlihat di gambar. Tutup batre yang patah flipnya saya lem sama bodynya. Terus warnanya yang hitam saya amplas sampai seperti itu.
Mungkin karena terlalu sering teraniaya Alcatel ini terkadang error juga. Tapi selalu saya temukan cara untuk mengatasinya, kalau mendadak speaker/buzzerna mati tinggal ketok saja ke meja pasti sembuh. Kalau mendadak layarnya tidak ada gambarnya, tinggal kendorin saja baut yang di atas langsung normal lagi.
Peralatannya pun seadanya, untuk ngendorin baut atau mengencangkan cukup pakai cutter. Semoga sih tidak sering error lagi, sekarang saya sudah insyaf, sudah tidak lagi suka banting ini HP. Tidak tega.
Inti dari cerita saya ini adalah sayangilah apa pun yang anda punya, perlakukan dengan baik dan jangan peenah meniru perbuatan saya.
Disclaimer : tidak ada niatan dari tulisan ini untuk mempromosikan sebuah produk atau mendiskreditkan suatu produk.
Pertamaaaaax. Wakakak geli q baca crita ini. Pinjem hpnya dunk bwt dibanting jg :D tp wkt kopdar kmrn kok gak dikluarin ya. Hahaha tu yg gila mbak2 salesnya apa mas cuitnya :D
BalasHapusKopdar d smrng tak bawa kok. . . Cm kamu nya aja yg gag liat :D :D jangan dibanting lg ah sarapna udah kena :D bisa stroke. . . Masalah siapa yang gila biar dokter yang menentukan :s
BalasHapus