Dari Galau Menuju Gelisah - awanbyru.com

Januari 16, 2015

Dari Galau Menuju Gelisah

Owalah jadi begitu tho mblo ceritanya, pantes aja kamu akhir-akhir ini jadi jarang kelihatan. Kalaupun pas kamu ada ya gitu deh kamu lebih banyak plonga-plongo ndak jelas gitu. Diajak ngobrol pun cuma hmm dan enggg reaksimu. Ternyata lagi banyak masalah tho ceritanya.

Namanya juga hidup mblo, jadi ya wajarlah kalau ada masalah. Yang namanya masalah itu kan bagaimanapun akan datang biarpun ndak diundang. Bagaimana caramu menghadapi masalah itulah yang akan menjadi nilaimu sebagai manusia. Terlepas nanti hasilnya baik atau buruk buatmu.

Itu kopinya diminum dulu mblo keburu dingin lho.  Mbok ya ndak usah galau gitu, lagian udah nggak jaman ah galau-galauan. Galau itu kan berpikir tapi nggak tahu apa yang dipikirkan, jadinya ya plonga-plongo seperti dirimu mblo. Seolah hidup tanpa harapan untuk bahagia, kemudian malas berpikir dan menikmati keterpurukan yang dialami.

Wajar sih kalau dirimu menjadi gelisah karena permasalahan yang sedang kamu alami. Karena kegelisahan itu memang ekspresi dari kecemasan, kekhawatiran dan ketakutan dalam kaitannya dengan keinginan yang tidak tercapai.

Ada pun penyebab kegelisahan adalah karena pada hakekatnya orang takut kehilangan hak-haknya yang disebabkan adanya gangguan atau ancaman baik dari luar maupun dari dalam.
Hak yang aku maksud disini meliputi hak untuk hidup, hak untuk memperoleh perlindungan, hak kemerdekaan hidup, hak memperoleh nama baik dan hak-hak yang lainya. Tapi ndak termasuk hak sepatunya mbokmu lho mblo heuheu.

Gelisah itu sudah menjadi kelengkapan manusia hidup mblo, jadi ya kalau hidup tanpa mengalami kegelisahan-kegelisahan malah patut dipertanyakan kamu itu masih hidup atau sudah meninggal. Kita ngobrol gini pun ndak lengkap juga kalau itu kopi sama gorengannya kamu diemin aja mblo, heuheu disambi mblo, monggo.

Kamu tahu nggak mblo kalau orang-orang semacam Sukarno, Hatta, Syahrir, Tan Malaka merupakan tipe-tipe penggelisah. Benar mblo mereka gelisah dengan keadaan sekitarnya sehingga mereka terus aktif berpikir dan berbuat untuk sekitarnya. Untuk Bangsanya.
Jadi mereka itu ndak sekedar gelisah memikirkan nasibnya sendiri, kegelisahan mereka itu tentang nasib banyak orang, tentang kemaslahatan umat, tentang hal-hal besar bukan tentang hal remeh macam iba diri karena gagal bercinta.

Di zaman sekarang ini begitu banyak permasalahan yang lebih pantas kamu gelisahkan daripada sekedar galau karena kejombloanmu.
Negeri yang konon gemah ripah loh jinawi ini yang katanya tongkat kayu dan batu jadi tanaman ternyata oh, ternyata bikin tempe saja musti impor kedelai dari Brazil. Ini sudah patut jadi kegelisahan kita bersama mblo di mana Bangsa kita sudah benar benar jauh dari yang namanya swasembada pangan.

Kedaulatan pangan negeri ini begitu memprihatinkan, tercatat di akhir 2013 produksi gabah kering giling kita mencapai 70 juta ton dengan jumlah lahan produksi padi 13 juta hektar, jika gabah kering giling tersebut diolah menjadi beras maka akan menghasilkan 35-37 juta ton beras. Dibagi 240 juta penduduk RI, akan keluar angka konsumsi beras per kapita per tahun 140-an kg. Ini adalah konsumsi karbohidrat beras terbesar di dunia. Republik besar ini bisa terjepit bahaya diabetes di masa yang akan datang. Politik beras sungguh telah mencapai titik nadir. Benar mblo ini masalah kita bersama dan layak untuk bahan kegelisahan, heuheu..

Kalau ngobrol gini kan kegelisahanmu pada permasalahan yang sepele itu jadi nggak berarti lagi mblo. Kenyataannya ada begitu banyak hal yang lebih pantas untuk menjadi bahan kegelisahan kita bersama.
Bolehlah kamu gelisah tapi bukan karena ibamu pada diri sendiri.
 
Gelisahmu itu mbok ya untuk permasalahan yang menyangkut hajat hidup orang banyak mblo. Kalau cuma smsmu ndak dibales kemudian menggalau di sosmed itu namanya drama mblo.
Pun misalkan kamu gagal menikah karena ditolak perempuanmu itu artinya masih ada seribu gadis di luar sana yang mau jadi pendampingmu.
Itupun kalau dari seribu itu ada yang khilaf mau sama kamu mblo.... heuheuheu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar